Adhya Tirta Batam Official Website

Mengejar Kesempurnaan

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 12-AUG-2019 16:33:29,   Dibaca : 1728 kali
"Kesempurnaan tidak dapat dicapai. Tapi jika kita mengejar kesempurnaan, kita dapat menangkap keunggulan,"
(Vince Thomas Lombardi, Pemain Football Amerika/ Eksekutif National Footbal League)

Saya harus mengakui. Saya dibuat kagum dengan sistem transportasi publik di Singapura. Bersih, rapih, aman, nyaman dan disiplin. Levelnya sudah jauh beda dengan yang ada di Indonesia. Bahkan negara-negara Asean lainnya.

Cakupannya? Wah. Rasanya tak usah lagi saya bahas. Orang Batam sudah seringkali ke sana. Bahkan bagi yang pertama kali datang sekalipun tak akan nyasar. Soalnya moda transportasi publiknya menjangkau semua tempat penting di Singapura.
Lebih kagum lagi kalau melihat variasi penumpangnya. Anda bisa ketemu berbagai macam orang di sana. Mulai dari yang nenteng belanjaan pakai celana pendek. Sampai yang pakai setelan jas. Lengkap dengan sepatu mengkilat habis disemir.

Apa yang saya tangkap dari pemandangan itu?

Saya mengambil kesimpulan, hampir semua penduduknya tak sungkan untuk naik transportasi publik. Mulai dari ibu-ibu rumah tangga yang baru pulang belanja, atau eksekutif-eksekutif muda yang mau ngantor pagi hari.

Kenapa mereka mau?

Kemungkinan besar karena transportasi publik disana nyaman, tertib, bersih dan aman. Orang Singapura akhirnya lebih senang naik kendaraan umum ketimbang naik mobil pribadi. Walaupun ongkosnya juga tak murah-murah amat. Jarak terpendek menggunakan Mass Rapid Transport (MRT) harus bayar SGD 1,6. Hampir Rp 18 ribu.

Gimana dengan di Indonesia?

Anda pasti sedikit banyak pernah mengalami. Berhenti sembarangan. Kebut-kebutan di jalan. Tanpa bermaksud menghakimi, tapi Anda pasti setuju kalau masih sangaaaat jauh dari yang ada di Singapura.

Walaupun ongkosnya murah, jarang yang mau naik. Kecuali terpaksa. Lebih baik beli motor. Walaupun harus nyicil. Hutang bertahun-tahun. Tak apa. Asal punya kendaraan sendiri. Ketimbang naik angkutan kota.

Kalau di Jakarta, Batam, atau kota lain di Indonesia ada sistem transportasi seperti itu, mungkin akan banyak yang milih naik kendaraan umum daripada panas-panasan naik motor tiap hari.

Tak masalah bayar sedikit lebih mahal. Asal kendaraannya nyaman, aman, bersih dan tertib. Daripada naik kendaraan pribadi sendirian, capek.

Apa yang ada di Singapura sekarang tak terjadi dalam satu malam. Singapura tak cukup beruntung punya orang semacam Bandung Bondowoso. Yang bisa membangun Candi Prambanan dalam waktu satu malam.

Butuh waktu 50 tahun untuk membuat transportasi umum di Singapura dari yang sebelumnya sangat tidak beraturan menjadi terintegrasi seperti sekarang.

Walau tak punya Bandung Bondowoso, Singapura punya Lee Kwan Yew. Pemimpin visioner yang jadi Perdana Menteri pertama negeri singa. Dalam benaknya, Singapura harus merevolusi sistem transportasi umum mereka untuk mengantisipasi pertumbuhan ekonomi dan penduduk.

Konsep transportasi yang ideal untuk Singapura sudah ada dalam benaknya sejak awal negeri ini jadi Republik. PM Lee kemudian mencanangkan moda transportasi MRT untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Pikirannya ditentang. Tak masuk akal. Republik itu baru berdiri 8 tahun. Tak punya sumberdaya untuk membangun MRT yang biayanya selangit. Apalagi konsep MRT juga terbilang jarang diimplementasikan. Baru negara-negara maju yang punya.
Apa yang bisa diharapkan oleh republik seumur jagung macam Singapura?

Terlalu muluk. Terlalu sempurna untuk anak