Adhya Tirta Batam Official Website

"Magic" Strategi Branding

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 09-SEP-2019 06:25:23,   Dibaca : 2559 kali
"Bukan yang terkuat atau paling cerdas yang akan bertahan hidup, tetapi mereka yang paling bisa mengelola perubahan," (Charles Darwin)

Apa yang pertama kali muncul dalam pikiran Anda ketika mendengar Rolex? Jawabannya tak akan jauh-jauh dari mahal, eksklusif, mewah.

Bicara Rolex sudah bukan sekedar bicara eksistensi, melainkan kelas. Eksklusifitas. Prestige. Sesuatu yang luar biasa. Citra itu otomatis timbul ketika merek satu ini diucapkan.  

Bahkan sekarang Rolex bukan lagi sekedar jam tangan. Tapi sudah dijadikan instrumen investasi. Orang yakin, ketika mereka beli Rolex, harganya tak akan jatuh. Malah makin mahal. Makin tua, makin langka, harga jam tangan ini semakin selangit.

Tahun lalu, salah satu Jam Rolex Daytona termahal di dunia yang dijuluki `Unicorn` terjual di balai lelang Phillips, Geneva, dengan harga fantastis.

Anda tahu berapa harganya?
Laku USD 5,9 juta, atau Rp 82 miliar dalam kurs Rp 14 ribu.  Anda bisa bangun pabrik Roti skala besar dengan uang segitu.

Kalau Anda awam, mungkin Anda akan heran dan bertanya-tanya. Kok mahal amat sih? Apa istimewanya? Cuma jam tangan loh.

Tapi untuk penggemar Rolex, brand yang satu ini tak lagi dipandang karena fungsinya saja. Melainkan manfaat emosional, ekspresi diri, dan sosial. Rolex telah jadi brand yang sangat kuat dan mapan. Hingga punya ikatan hubungan emosional dengan pelanggannya.

Bagaimana Rolex membangun citra itu?
Tentu tidak mudah. Usaha ratusan tahun. Terus menerus dan tak putus. Secara berkesinambungan, Rolex membangun eksistensi brandingnya sesuai dengan visi perusahaan. Sebagai perusahaan jam tangan yang anggun, elegan, eksklusif, berkelas, mahal, dan presisi.

Upaya branding itu tetap dilakukan. Bahkan ketika Rolex sudah terkenal seperti sekarang. Tapi tidak sembarangan. Rolex meletakan brandingnya di tempat-tempat yang tepat. Hanya yang mendukung citranya sebagai jam yang eksklusif dan berkelas.

Anda tak mungkin menemukan iklan Rolex di tempat yang tidak elegan. Atau di event-event sembarangan. Tidak mungkin.

Rolex menjaga brandingnya dengan memberikan sponsor kepada kegiatan dan perusahaan yang bonafit. Turnamen Tenis Wimbledon, misalnya. Kemitraan antara Rolex dan olahraga tenis terjalin sejak tahun 1978, saat Rolex menjadi Pencatat Waktu Resmi di The Championships, Wimbledon.

Dua merek dagang ini berkolaborasi saling mendukung. Eksistensi Rolex semakin kokoh dengan mendukung Turnamen Wimbledon. Sementara posisi Turnamen Wimbledon semakin prestisius dengan dukungan Rolex di dalamnya.

Baik Rolex dan Turnamen Wimbledon sadar betul, bahwa merek adalah aset yang harus terus menerus dipelihara. Walaupun keduanya sudah punya nama, sudah terkenal, tapi upaya mempertahankan eksistensinya tak pernah kendor.

Didukung dengan strategi branding yang tepat, keduanya tetap eksis ditengah persaingan yang kian tajam. Rolex tak tergeser sedikitpun karena kehadiran Jam Pintar yang semakin canggih. Sementara Turnamen Wimbledon masih tetap jadi acuan, walaupun ratusan turnamen tenis dunia dibuat setiap tahunnya.

Jika perusahaan sekelas Rolex dan event sekelas Turnamen Wimbledon tetap melakukan branding untuk menjaga eksistensi, lalu bagaimana dengan Anda?

Harusnya kita sadar bahwa proses branding secara berkesinambungan adalah kebutuhan. Apalagi menghadapi bisnis yang semakin hari semakin berat. Persaingan kian tajam. Lengah sedikit saja, akan tergeser dari pan