Adhya Tirta Batam Official Website

Quo Vadis, Dam Baloi?

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 23-SEP-2019 00:02:49,   Dibaca : 2450 kali
"Ada kecukupan di dunia untuk kebutuhan manusia, tetapi tidak untuk keserakahan manusia," Mahatma Gandhi

Batam ingin dikenal sebagai apa? Jika pertanyaan itu muncul, apa jawaban Anda? Berbagai sudut pandang akan muncul. Jawaban Anda pasti hebat-hebat.

Mungkin ada yang akan menjawab ingin dikenal sebagai kota industri terkemuka di ASEAN. Ingin dikenal sebagai kota pariwisata paling diminati. Bandar dunia madani. Dan macam-macam jawaban canggih lainnya.

Tapi ketika pertanyaan itu disampaikan kepada saya, justru kekhawatiran yang muncul. Bukan karena pesimis. Saya optimis. Namun ada beberapa fakta yang terlihat jelas dari sudut pandang saya, yang cenderung diabaikan oleh sebagian besar pihak.

Apa itu? Lingkungan. Lebih spesifik lagi, air bersih.
Entah kenapa, pertanyaan itu justru mengarahkan ingatan saya kepada tragedi Minamata. Nun jauh di teluk Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang. Tahun 1959. Tidak ada yang tidak tahu musibah yang menggemparkan ini.

Waktu itu, secara tiba-tiba penduduk Minamata mengalami gangguan kesehatan yang aneh. Kejang-kejang, tidak bisa bicara dengan jelas, berjalan dengan terhuyung-huyung, lumpuh, koordinasi gerakan terganggu, dan gangguan fungsi kerja sistem syaraf lainnya.

Apa yang terjadi?
Kena santet? Bukan. Waktu itu tak ada yang tahu mengapa kejadian tersebut mendadak terjadi. Tapi setelah diteliti lebih dalam, ternyata mereka terpapar Mercury. Tidak secara langsung. Tapi melalui ikan-ikan yang mereka makan.

Kok bisa?
Musababnya adalah pencemaran yang dilakukan pabrik besar yang bernama Chisso. Berdiri sejak tahun 1908. Pabrik ini membuang sampah Methyl-mercury ke teluk Minamata. Inilah yang menjadi cikal bakal tragedi Minamata.

Laut yang telah tercemar menyebabkan seluruh ikan dan hewan laut lainnya di teluk Minamata juga  tercemar.

Apa hubungannya sama penduduk Minamata?
Anda harus tahu, penduduk Minamata itu doyan makan ikan. Konsumsi ikan rata-ratanya adalah 3 kilogram perorang perharinya. Karena itu, lama kelamaan penduduk Minamata juga terpapar Mercury.

Hingga saat ini, hanya sekitar 2.900 korban yang diakui. Sementara itu ada lebih dari 60.000 orang hidup dengan gejala penyakit Minamata di Jepang.

Anda bisa bayangkan, 60 ribu orang hidup membawa penyakit akibat pencemaran lingkungan itu hingga hari ini. Bagaimana keadaan mereka? Ada yang lumpuh, tak bisa bicara, keterbelakangan mental, dan lain sebagainya.

Akibat kejadian tersebut, nama Minamata akhirnya diabadikan menjadi nama penyakit. Sindrom Minamata, yakni penyakit kelainan fungsi syaraf akibat terpapar Mercury.

Apa hubungannya dengan Batam?

Kualitas air baku di Batam cenderung semakin memburuk. Terbukti dari penggunaan bahan kimia yang semakin tinggi dalam pengolahan air baku.

Saya jelaskan hal teknis sedikit. Kualias air yang diolah ATB berpatokan pada standar World Health Organisation (WHO). Untuk mencapai standar tersebut, maka penggunaan bahan kimia untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme dibutuhkan. Ini juga sesuai dengan standar dari Kementerian Kesehatan.

Nah, jika takaran bahan kimia yang digunakan semakin tinggi, maka dipastikan kualitas air yang diolah semakin buruk.

Kenapa kualias air baku kita memburuk?

Jawabannya adalah karena pencemaran. Baik karena aktifitas ekonomi ilegal yang dilakukan di Daerah Tangkapan Air (DTA), maupun karena limbah-limbah rumah tangga yang mengalir langsung keD