Adhya Tirta Batam Official Website

Passion Adalah Gen Para Genius

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 16-FEB-2020 21:09:23,   Dibaca : 6168 kali
Oleh: Ir. Benny Andrianto, M.M. (Presiden Direktur ATB)

"Skills are Cheaps, Passion is Priceless" (Gary Vaynerchuk)

Membukukan 14 kali kemenangan dalam 1 musim di MotoGP bukan hal yang mudah. Bahkan ketika seorang pembalap memiliki motor paling superior sekalipun. Namun, ada 1 nama yang mampu mencatatkan rekor fenomenal tersebut.

Anda tahu siapa?

Mungkin Anda tidak asing dengan nama Marc Marquez. Pembalap muda yang saat ini bergabung dalam tim Repsol Honda. Tahun 2019 lalu, dia berhasil mengantongi 14 kali kemenangan dalam 1 musim. Pertama kali dalam sejarah MotoGP.

Tidak hanya itu, Marquez bahkan telah dinobatkan sebagai juara kelas utama MotoGP sebelum musim berakhir. Poin yang dikumpulkan "Baby Alien" ini jauh mengungguli kompetitor terdekatnya. Dia benar-benar mendominasi dan tak terkalahkan.

Tapi, tahukah Anda, bahwa Marquez masuk ke tim Repsol Honda saat tim itu mengalami keterpurukan?
Ya. Benar-benar terpuruk. Terpukul oleh superioritas tim Yamaha yang kala itu ditunggangi oleh Jorge Lorenzo.

Honda miskin prestasi. Walaupun kala itu Honda punya nama-nama mentereng di daftar pembalapnya. Sebut saja seperti Casey Stoner yang pernah jadi juara dunia, dan Dani Pedrosa yang saat itu muda dan bersemangat.

Namun kondisi berbalik saat Marc Marquez masuk ke jajaran tim Repsol Honda. Di debut pertamanya, Marquez langsung menjadi juara dunia. Prestasi ini mengejutkan dunia. Karena saat itu usia Marquez baru 20 tahun.

Apa yang membuat Marquez berbeda dari pembalap Honda lainnya? Mengapa dia bisa membawa perubahan besar bagi Honda?

Jawabannya sederhana. Marquez memiliki Passion yang dahsyat. Marquez mampu memberikan lebih banyak dibanding yang diberikan orang lain kepada tim Honda. Bahkan, dia mencoba model balapan dan strategi yang tidak biasa.

Cenderung ekstrem dan menyerempet bahaya, tapi itulah passion. Dalam benaknya hanya ingin mendorong dirinya sampai kepada batasan terjauh (push to the limit), agar mampu menjadi unggul.

Sebelum era Marquez, kita kenal nama Valentino Rossi. The Doctor. Demikian dia sering disapa. Gelar yang dia dapat juga karena Passion. Yang membuat dia masih dihormati dan disegani di sirkuit ketika usianya sudah menginjak 40 tahun.

Menjadi unggul tak cukup hanya dengan menempatkan orang terbaik dengan kemampuan yang memadai. Lebih dari itu, Anda harus menempatkan orang dengan Dedikasi dan Passion yang besar. Karena Passion lah yang akan mendorong seseorang melakukan berbagai hal hingga ke titik maksimal.

Bagaimana bila Passion dan Dedikasi Anda aplikasikan dalam sebuah perusahaan?

Anda bisa lihat Pertamina sekarang. Apa yang terjadi, ketika kementerian BUMN menunjuk orang-orang yang tepat untuk menduduki top Management? Perubahan besar terjadi.

Dulu Pertamina adalah perusahaan nasional yang bergerak di bidang perminyakan. Tapi prestasinya tak bisa cemerlang. Gagal membangun refinery selama berpuluh tahun. Gagal membawa Indonesia yang merupakan penghasil minyak menjadi eksportir minyak. Bahkan saat ini kita adalah pengimpor minyak.  

Namun setelah Kementerian BUMN melakukan reformasi SDM di Pertamina, semua berubah. Salah satu nama besar yang kita kenal bersama adalah Basuki Tjahaya Purnama, yang saat ini menduduki jabatan Komisaris Utama.

Sekarang, sistemnya berubah dan menjadi jauh lebih baik, ketika orang di belakangnya berubah. Tak hanya karena dia punya kemampuan