Adhya Tirta Batam Official Website

Berkorban di Tengah Krisis

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 15-MAR-2020 20:18:21,   Dibaca : 5178 kali
Oleh: Ir. Benny Andrianto, M.M. (Presiden Direktur ATB)

"Saya menemukan harapan di hari-hari yang paling gelap, dan fokus pada yang paling cerah. Saya tidak menghakimi alam semesta," Dalai Lama

Sabtu sore saya menerima sebuah video unik melalui pesan Whatsapp. Dalam video tersebut, barisan petugas medis di Kota Wuhan, di Provinsi Hubei, China melepas maskernya satu persatu.

Video itu diambil di depan salah satu rumah sakit darurat yang dibangun pemerintah China untuk menangani pasien yang terjangkit virus Corona.

Pelepasan masker itu rupanya dijadikan semacam simbol ditutupnya rumah sakit sementara tersebut. Karena ternyata sudah tidak ada pasien Corona baru di kota Wuhan.

Wow! Kabar baik yang melegakan tentunya.

China menjadi negara pertama yang berhasil menurunkan jumlah kasus baru Corona secara signifikan. Bagaimana tidak, sejak Januari silam negeri Panda ini sudah mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk menangani krisis Corona.

Tidak main-main, China langsung mengisolasi Wuhan untuk meminimalisir penyebaran virus Corona. Pemerintah juga membangun 16 rumah sakit hanya dalam 10 hari untuk menangani pasien yang telah terjangkit virus.

Lalu lintas barang dan orang keluar masuk Wuhan serta Hubei dilarang. Aktifitas industi dihentikan guna meminimalisir penyebaran virus di tempat kerja. Semua diisolasi total.

Ini adalah keputusan yang pahit. Karena dengan demikian, ekonomi China sudah dipastikan merosot. Kepala ekonom Mac Quarie Group, Larry Hu mengatakan, penurunan ekonomi China saat ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah.

Seram kan?

Namun, pemerintah China tak lagi memikirkan untung rugi dalam menangani krisis ini. Mereka mengesampingkan kepentingan ekonomi. Mereka tidak peduli dengan cibiran orang tentang sikap yang mereka ambil. Yang paling penting bagi mereka, krisis ini bisa ditangani dengan cepat, dan dampaknya bisa ditanggulangi segera.

Ternyata pengorbanan itulah yang akhirnya membuat China jadi negara yang sukses dalam menangani virus Corona. Kecepatan, Ketepatan penanganan, Pengorbanan serta Komunikasi yang baik jadi kunci dalam "Crisis management".
 
Inti dari manajemen krisis itu adalah mengambil langkah dengan cepat dan tepat, dan perlu pengorbanan. Selain itu, perlu komunikasi yang baik kepada semua pihak yang berpotensi mengalami ancaman atas krisis yang sedang terjadi, sehingga musibah yang lebih besar dapat dihindari. Dan kemudian perlu upaya antisipasi agar bencana serupa tak terulang kembali.

Batam juga tengah berpotensi mengalami krisis ketersediaan air baku. Potensi ini sudah ada di depan mata. Sangat nyata. Kita bisa saksikan sendiri, bagaimana Volume air di waduk Duriangkang mengalami penyusutan yang luar biasa.

Padahal, Duriangkang adalah harapan besar masyarakat Batam. Karena Waduk inilah yang memenuhi kebutuhan air bersih bagi 80 persen penduduk kota Batam.

Namun kebanyakan dari kita belum sadar terhadap potensi krisis ini. Kita masih menganggap air di Dam masih baik-baik saja. Masih cukup untuk memenuhi kebutuhan Batam.

Saya jadi bertanya-tanya, bagaimana Anda menjelaskan pengertian banyak tersebut? Apakah air yang Anda lihat di waduk-waduk yang ada saat ini memang benar-benar masih banyak?

Saya akan sedikit berbagi informasi kepada Anda. Saat ini ATB mengolah hampir 9 juta kubik air setiap bulannya, guna memenuhi kebutuhan seluruh pulau Batam. Baik untu