Adhya Tirta Batam Official Website

Jangan Tumbang di Bawah Tekanan

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 18-MAY-2020 21:45:15,   Dibaca : 4966 kali
Oleh: Ir. Benny Andrianto, M.M. (Presiden Direktur ATB)

"Berlian adalah secuil arang yang mampu bertahan dengan baik di bawah tekanan," (Henry Kissinger)

Tahun 2014 silam Tag Heuer meluncurkan slogan barunya. "Don`t Crack Under Pressure". Jangan retak di bawah tekanan. Slogan ini bukan hanya sekedar kata-kata. Namun bagian dari tekad perusahaan yang tidak mudah hancur, meskipun sedang di bawah tekanan yang besar.

Tag Heuer adalah bagian dari konglomerasi besar Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH) yang telah berdiri sejak tahun 1987. LVMH sendiri bukan perusahaan sembarangan. Dia dikenal sebagai produsen barang-barang mewah.

LVMH mengendalikan sekitar 60 anak perusahaan yang masing-masing mengelola merek bergengsi. Ada sekitar 75 merek dagang terkenal yang bernaung di bawah perusahaan yang bermarkas di Paris, Prancis ini. Tag Heuer, Hublot, Bvlgari, Louis Vuitton, Christian Dior, Hermes, Gucci, Chanel, Kenzo, Givenchy, Rimowa hanya sebagian kecil diantaranya.

Saya yakin Anda salah satu penggunanya atau malah fans berat. Namun saat ini kelompok LVMH sedang mengalami tekanan luar biasa. Pandemi Covid-19 yang sedang merajalela membuat saham perusahaan anjlok 19 persen. Berdasarkan laporan Bloomberg Billionaires Index, pemilik LVMH, Bernard Arnault adalah miliarder yang paling dirugikan.

Anda tahu berapa kekayaannya yang hilang?

Sekitar USD 30 miliar dollar, atau menyentuh angka Rp 500 triliun. Itu sama saja dengan 23 persen dari target pendapatan Indonesia tahun 2020 yang dicanangkan mencapai Rp 2.233,2 Triliun. Wow!

Angka yang sangat Fantastis kan? Bagaimana jika perusahaan Anda yang kehilangan uang sebanyak itu? Stress berat?

Layaknya slogan Tag Heuer "Don`t crack under pressure", ini merupakan tekanan luar biasa. Namun Bernard Arnault, sang CEO itu bukan pria cengeng yang hanya bisa meratapi lenyapnya Rp 500 triliun karena pandemi Covid-19. Dia dikenal sebagai pengusaha ulung yang seringkali berhasil keluar dari tekanan.

LVMH tidak berdiri sendirian. Banyak perusahaan yang juga mengalami hal yang sama di tengah badai Covid-19 yang belum juga reda. Majalah Forbes mencatat, bahwa Covid-19 telah menggerus Rp 11,2 Kuadriliun kekayaan para miliarder dunia.

Siapa saja yang kena imbasnya?

Semua kena imbas. Jeff Bezos, Bill Gates, Jack Ma, siapa saja. Bahkan investor paling sukses sepanjang masa, Warren Buffet, harus menjual seluruh sahamnya di 4 perusahaan penerbangan paling besar di AS.

Bagaimana di dalam negeri?

Tekanan yang berat juga dialami oleh berbagai perusahaan di dalam negeri. Menurut laporan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), ada sekitar 1.700 hotel berpotensi tutup akibat Pandemi Covid-19.

Tapi, ketika di bawah tekanan seperti inilah kualitas sebuah perusahaan diuji. Sebuah perusahaan atau orang akan menunjukan jati dirinya, menunjukkan kelasnya. Arang atau Berlian!

Perusahaan yang mapan tak akan tumbang akibat tekanan. Mereka mampu mencari solusi untuk keluar dan membuktikan diri sebagai perusahaan unggul. Sebaliknya, perusahaan kaleng-kaleng akan langsung menyerah begitu mendapat tekanan dan akan menyalahkan keadaan. Alias cari kambing hitam.

Walaupun telah menjadi benchmark perusahaan air bersih terbaik di Indonesia, ATB juga sering sekali berhadapan dengan tekanan hebat.

Salah satunya terjadi ketika ATB tak mendapat penyesuaian tarif air bersih selama 10 tahun