Adhya Tirta Batam Official Website

Jangan Sia-siakan Waktu, Karena Waktu Tak Pernah Kembali

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 13-APR-2020 21:42:40,   Dibaca : 6347 kali
Oleh: Ir. Benny Andrianto, M.M. (Presiden Direktur ATB)

"Ketepatan waktu adalah kesopanan para raja," (Louise ke-17)

Anda pasti tidak asing dengan merek mobil Toyota. Toyota merupakan penguasa pasar otomotif terbesar di Indonesia dan salah satu raksasa otomotif dunia.

Dengan jumlah karyawan lebih dari 370 ribu, Tahun 2019 silam, pabrikan asal Jepang ini berhasil menjual 10,74 juta mobilnya di seluruh dunia, dan lebih dari dari 200 juta mobil terjual hingga 2014. Toyota hanya kalah dengan Volkswagen yang menduduki peringkat pertama.

Banyak yang berdecak kagum dengan kemampuan Toyota untuk berkembang menjadi raksasa otomotif terbesar kedua di Dunia. Mengalahkan banyak perusahaan otomotif asal Eropa dan Amerika yang sudah lebih dulu mapan.

Apalagi perusahaan yang berdiri tahun 1937 ini pernah hancur lebur. Karena Jepang harus menderita kekalahan besar di Perang Dunia II setelah 2 kotanya dihancurkan sekutu dengan Bom Atom. Kekalahan itu bagaikan kiamat bagi seluruh industri di Jepang. Termasuk Toyota.

Apa rahasia kebangkitan Toyota?

Toyota mengembangkan metode baru yang diambil dari filosofi kecepatan dan ketepatan waktu. Metode ini diberi nama Just In Time (JIT), yang kemudian lebih dikenal sebagai Toyota Production System (TPS)

Bagaimana cara kerjanya?

Kata kunci Just In Time adalah cara memanajemen waktu sebaik mungkin untuk melakukan apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan dan dalam jumlah berapa. Sehingga dengan demikian dapat menghindari beban yang berlebih, menjaga kosistensi, dan mengurangi waste sebanyak mungkin. Inilah strategi lean manufacturing company.

Toyota hanya memproduksi kendaraan berdasarkan pesanan yang diterima melalui dealer. Dalam proses produksi, Toyota hanya akan memesan bagian-bagian yang dibutuhkan. Pengaturan dibuat sedemikian rupa, sehingga pembuatan dan transportasi suku cadang berlangsung pada waktu yang dibutuhkan (just in time).

Semua sudah diatur dalam koridor waktu yang tepat dan ketat. Disiplin. Anda bisa bayangkan bila satu elemen tidak disiplin terhadap ketepatan waktu? Maka semua pengaturan tadi akan berantakan.
Metode Just In Time  memungkinkan Toyota untuk meminimalkan persediaan suku cadang kendaraan.

Sehingga, tidak ada sisa bahan baku, atau spare part yang tidak dimanfaatkan. Sangat efisien.
Metode inilah yang kemudian dicontoh oleh banyak perusahaan raksasa lainnya. Seperti Hewlett-Packard (HP), Motorola (MSI), General Electric (GE) dan banyak perusahaan lainnya.

Sayangnya, budaya kita belum terlalu menghargai ketepatan waktu. Meeting saja masih sering telat. Bukan cuma 5 menit atau 10 menit. Tapi telat sampai 1 jam atau kadang 2 jam sudah dianggap hal yang biasa.

Makin penting dan makin punya kedudukan, makin lama molornya. Seolah-olah ingin bilang "Waktuku sangat berharga, waktu kalian tidak berharga". Padahal efisiensi dan efektifitas sangat erat hubungannya dengan manajemen waktu. Sepertinya budaya ini sudah terlanjur berakar.

Tidak disiplin waktu ini membuat banyak perusahaan terpuruk saat Indonesia dilanda pandemi Virus Corona (Covid-19). Banyak perusahaan yang terpaksa gugur, tutup, karena tidak efisien. Inventory menumpuk. Karena tidak dikelola dengan baik.

Kita ambil 1 contoh. Ramayana baru tumbang. Melakukan PHK terhadap karyawannya. Perusahaan retail ini tak bisa melakukan metode Just In Time, karena mereka harus punya stok barang dalam jumlah