Adhya Tirta Batam Official Website

Pilihan, Peluang, dan Perubahan

Artikel ini diambil dari www.atbbatam.com
Dipublikasikan Pada : 27-APR-2020 22:48:06,   Dibaca : 6348 kali
Oleh: Ir. Benny Andrianto, M.M. (Presiden Direktur ATB)

"Bukanlah spesies yang paling kuat atau paling cerdas yang mampu survive, tapi mereka yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan," (`Survival of the fittest` - Charles Darwin)

Tanggal 21 April 2020, sejarah kembali terukir. Harga minyak mentah anjlok sangat dalam. Bahkan dibawah USD 0, atau berada diteritori negatif. Kondisi ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah.

Kita tahu, Minyak adalah komoditas dengan harga mahal. Harganya pernah mencapai USD 148,93/ Barel pada tahun 2008. Itu adalah harga tertinggi sepanjang sejarah. Namun, 21 April kemarin harga minyak untuk kiriman Mei 2020 anjlok hingga minus USD 37/ Barel!

Anda pernah membayangkan kondisi semacam ini akan terjadi? Harga minyak jadi sangat tidak berharga.

Dunia memang tengah mengalami perubahan-perubahan yang diluar dugaan. Banyak komoditas yang dulu dianggap barang mahal, harus bergeser posisi.

Selain minyak, Anda juga pasti setuju bila Wine pernah jadi barang mahal. Komoditas yang sudah diproduksi di Mesopotamia sejak 6.000 tahun sebelum masehi ini seringkali disebut sebagai lambang kemakmuran. Hanya orang-orang kelas atas yang bisa meminumnya.

Semakin tua umurnya, semakin mahal pula harganya. Saat ini harga pasaran perbotolnya berkisar antara USD 4 sampai USD 200. Jika dikonversi dengan kurs Rp. 15 ribu/ USD, berarti sekitar Rp 60 ribu hingga Rp 3 juta.

Tapi eksistensi Wine perlahan digeser oleh Kopi. Komoditas yang baru saja ditemukan di Ethiopia pada abad ke-9. Dulu kopi identik dengan minuman murah. Minuman rakyat biasa, karena dianggap mampu membangkitkan semangat dan stimulan bagi kesegaran tubuh.

Namun sekarang situasinya terbalik. Beberapa varian kopi unggulan malah sudah dibanderol dengan harga yang gila-gilaan. Kopi Luwak misalnya. Single shot Espresso menggunakan biji kopi Luwak bisa dihargai hingga Rp 1 juta. Sementara biji kopinya sendiri, dibanderol dengan harga Rp 10 juta/kg.

Minuman rakyat itu sudah jadi lebih mahal dari minuman kelas atas seperti Wine. Anda lihat sebesar apa perubahan yang terjadi?

Kita kembali lagi kepada pembahasan di atas. Soal minyak. Minyak sempat dianggap simbol kemakmuran. Negara-negara penghasil minyak kaya raya karena meraup Dolar dalam jumlah besar. Karena mahal dan mampu membawa kemakmuran, minyak sering dijuluki sebagai "Emas Hitam".

Mengapa minyak bumi pernah jadi sedemikian mahal?

Cadangannya hanya sedikit. Saat ini, cadangan minyak mentah di seluruh dunia hanya tersisa 165 miliar barrel. Jika asumsi kebutuhan harian saat ini adalah 97 juta barel per hari, maka cadangan tersebut hanya akan bertahan selama 47 tahun.

Cadangan yang sedikit ini juga harus diperoleh dengan cara yang sulit. Kadang-kadang, Anda harus menambang di lepas pantai untuk mendapatkannya. Kondisi yang sulit ini membuat biaya investasi menjadi sangat tinggi.

Selain itu, minyak bumi sempat menjadi sumber energi utama untuk aktifitas berbagai negara di dunia. Baik untuk kebutuhan industri, maupun untuk memenuhi kebutuhan harian penduduk.
Sehingga tak heran, negara manapun bersedia merogoh kocek dalam-dalam demi mendapat minyak. Tapi itu dulu. Walaupun cadangannya tinggal sedikit, harga minyak dunia justru semakin turun. Hingga 21 April 2020 silam terkapar di titik terendah sepanjang sejarah.

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Karena kebutuhan energi tak lagi hanya te