Non-Revenue Water (NRW) atau air tak berekening adalah tantangan besar yang dihadapi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di seluruh Indonesia. NRW mencakup air yang hilang akibat kebocoran, pencurian, atau kesalahan pengukuran, yang secara langsung merugikan keuangan PDAM dan menghambat upaya mereka dalam menyediakan air bersih kepada masyarakat. Meski tantangannya besar, berbagai strategi dan teknologi telah diterapkan untuk mengurangi NRW. Apakah semua upaya ini dapat membuahkan hasil?
Salah satu strategi paling mendasar dalam mengurangi NRW adalah perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur. Pipa-pipa air yang sudah tua dan rapuh adalah salah satu penyebab utama kebocoran air. Menurut Dr. Rana Amirtahmasebi, seorang pakar manajemen air, investasi dalam peremajaan infrastruktur adalah langkah awal yang krusial untuk mengatasi NRW. Namun, peremajaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, yang sering menjadi hambatan bagi PDAM di daerah dengan anggaran terbatas.
Pengalaman dari PT Adhya Tirta Batam (ATB) menunjukkan bahwa kombinasi antara teknologi dan manajemen yang baik dapat memberikan hasil yang signifikan. ATB telah mengadopsi teknologi deteksi kebocoran berbasis sensor yang memungkinkan identifikasi dini terhadap kerusakan pada pipa. Dengan sistem ini, tim teknis ATB dapat dengan cepat menemukan dan memperbaiki kebocoran sebelum masalahnya membesar. Teknologi ini telah terbukti efektif dalam menurunkan tingkat NRW di Batam, menjadi contoh nyata bahwa teknologi dapat membantu mengatasi tantangan ini.
Selain deteksi kebocoran, ATB juga menerapkan sistem pemantauan tekanan air yang canggih. Sistem ini memungkinkan PDAM untuk menjaga tekanan air yang stabil di seluruh jaringan pipa, yang tidak hanya mengurangi risiko kebocoran tetapi juga meningkatkan efisiensi distribusi air. Menurut teori hidrolik, tekanan yang berlebihan dalam pipa dapat menyebabkan kebocoran, sementara tekanan yang terlalu rendah dapat mengganggu distribusi air. Dengan pemantauan yang tepat, tekanan dapat dijaga pada tingkat optimal, mengurangi risiko dan kerugian.
Strategi lain yang tak kalah penting adalah manajemen aset yang efisien. Dalam konteks ini, manajemen aset melibatkan pencatatan dan pemantauan seluruh infrastruktur yang dimiliki PDAM, termasuk usia, kondisi, dan riwayat perawatan pipa. Pendekatan ini memungkinkan PDAM untuk merencanakan perbaikan dan penggantian pipa secara lebih proaktif, sehingga dapat mencegah kebocoran sebelum terjadi. Namun, tantangan yang sering dihadapi adalah kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam manajemen aset, serta keterbatasan teknologi yang tersedia di beberapa daerah.
Penerapan teknologi meteran pintar juga menjadi bagian dari upaya mengurangi NRW. Meteran pintar memungkinkan PDAM untuk mengukur konsumsi air pelanggan secara akurat dan real-time, sehingga dapat mendeteksi adanya anomali seperti penggunaan air yang tidak wajar atau kebocoran internal di rumah pelanggan. Meski teknologi ini menawarkan banyak manfaat, biaya implementasinya yang tinggi dan tantangan dalam pemeliharaan menjadi kendala bagi banyak PDAM di Indonesia.
Di sisi lain, peningkatan kapasitas sumber daya manusia juga menjadi kunci dalam upaya mengurangi NRW. Pelatihan dan pengembangan keahlian teknis bagi pegawai PDAM sangat penting untuk memastikan bahwa mereka mampu memanfaatkan teknologi yang tersedia dengan optimal. ATB, misalnya, rutin mengadakan pelatihan bagi karyawannya untuk memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam mengelola jaringan distribusi air dengan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dan strategi manajemen harus diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM.
Namun, semua upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan regulasi yang kuat dari pemerintah. Kebijakan yang mendukung pengurangan NRW, seperti insentif untuk investasi dalam teknologi baru atau aturan yang mengharuskan peremajaan infrastruktur secara berkala, sangat diperlukan. Pemerintah daerah juga perlu berperan aktif dalam memberikan dukungan anggaran dan kebijakan yang memadai agar PDAM dapat melakukan tugasnya dengan efektif.
Tantangan terbesar dalam pengurangan NRW adalah menjaga keberlanjutan dari semua upaya yang dilakukan. Teknologi dan strategi yang diterapkan harus terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi yang berubah. Dalam hal ini, kolaborasi antara PDAM, pemerintah, dan pihak swasta menjadi sangat penting. Hanya dengan kerja sama yang baik, tantangan NRW dapat diatasi secara berkelanjutan.
Meski mengurangi NRW adalah tantangan yang besar, hal ini sangat mungkin dilakukan dengan kombinasi strategi dan teknologi yang tepat. Pengalaman ATB menunjukkan bahwa dengan manajemen yang baik, teknologi canggih, dan peningkatan kapasitas SDM, NRW dapat ditekan hingga tingkat yang lebih rendah. Namun, tantangan masih ada, terutama dalam hal pendanaan dan dukungan regulasi, yang membutuhkan upaya bersama dari semua pihak terkait. (Dona Andreani_Business Development)